PENGELOLAAN KEBISINGAN
1. DEFINISI
Suara adalah Sensasi yang diterima telingan sebagai akibat
fluktuasi tekanan udara terhadap tekanan udara yang stabil.
Teling adakan merespon fluktuasi-fluktuasi kecil tersebut
dengan sensitivitas yang sangat besar.
Bising juga diartikan vibrasi/energi yang dikonduksikan
dalam media udara, cairan, padatan, tidak tampak dan dapat memasuki telinga
serta menimbulkan sensasi pada alat dengan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diingikan dari usaha atau kegiantan dlam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan Kesehatan manusia dan kenyaman lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999)
2. JENIS BISING
Tergantung pada durasi dan frekuensi
- Steady Wide Band Noise, bising yang meliputi suatu jelajah frekuensi yang lebar (bising dalam ruang mesin)
- Steady Narrow Band Noise, bising dari Sebagian besar energi bunyi yang terpusat pada beberapa frekuensi saja, contoh gerhaji bundar.
- Impact Noise, Kejutan singkat berulang contoh riveting
- Intermitten Noise, Bising terputus, contoh lalu lintas pesawat.
3. KARAKTERISTIK BISING
- Intensitas/Tekanan (Sound preassure/intensity)
- Frekuensi
- Durasi Eksposur terhadap bising
Ketiga Karakteristik diperlukan krena:
- Semakin keras suara, semakin tinggi intensitasnya
- Frekuensi tinggi lebih berbahaya terhadap kemampuan dengar. Telinga manusia lebih sensitive terhadap frekuensi tinggi
- Semakin lama durasi eksposur semakin besar kerusakan pada mekanisme pendengaran.
4. TIPE KEBISINGAN LINGKUNGAN
- Jumlah Kebisingan adalah semua kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu
- Kebisingan Spesifik adalah kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan akustik. Seringkali sumber kebisingan dapat diidentifikasikan.
- Kebisingan residual adalah kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh kebisngan spesifik dari jumlah kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu
- Kebisingan latar belakang adalah semua kebisingan lainnya Ketika memusatkan perhatian pada suatu kebisingan tertentu. Penting untuk membedakan antara kebisingan residual dengan kebisingan latar belakang.
Suara adalah fenomena gelombang longitudinal yang terdiri
dari “successive compressions” dan “rarefactions” dari medium (Gas, Cair,
Padat) yang dilaluinya.
Telinga manusia sensitive terhadap frekuensi 20Hz sampai
20.000 Hz.
- Infrasonic < 20 Hz (Gajah)
- Ultrasoni > 20.000 Hz (Anjing)
Intensitas: Jumlah energi (amplitude) gelombang suara yang
dibawa, satuan intensitas adalah Watt/m^2, Telinga manusia mampu mendeteksi
1x10^2 W/m^2
Intensitas = Energy/Time+Area atau Intensitas= Power/Area
Intensitas Relatif
Perbandingan intensitas suara terhadap intesitas batas pendengaran manusia: skala desibel
5. BEL dan DESIBEL
- Unit intesitas relative adalah Bel (terinspirasi dari Alexander Graham Bell), yang memiliki rasio intensitas 10:1
- Unit Bel dianggap terlalu besar, sehingga dibuat satuan 1/10 bel atau ‘sedibel’ (dB)
- Untuk membandingkan 2 intensitas suara, I1 dan I2, digunakan rumus:
10 x log x1^2/x2^2 desibel (dB), atau 20 x log x1 / x2
desibel (db)
Contoh: Berapa perbedaan intensitas antara 3,5 dan 0,02
watts dalam satuan desibel.
Jawaban: 10 log 3.2 / 0.02 = 10 log (175) = 10 (2.24) = 22.4
dB
- Hubungan antara kecepatan suara c (m/s), panjang gelombang (I) dan frekuensi (f) dinyatakan C = f x I
- Manusia dapat mendengar frekuensi 20-20.000 Hz dan panjang gelombang 17 mm – 17 m
- Mutu suara dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan yang memantulkan suara, tingginya pagar-pagar dan factor-faktor lainnya, akan berbeda sebagai perbandingan dari panjang gelombang terhadap dimensi objek.
6. INTENSITAS
- Laju aliran energi tiap satuan luas yang dinyatakan dalam desibell (dB)
- dB adalah satuan yang dihasilkan dari perhitungan yang membandingkan suatu tekanan suara yang terukur terhadap suatu tekanan acuan (sebesar 0,0002 dyne/cm2)
- B = log (int.terukur/int.acuan) untuk mendapatkan angka yang lebih akurat ditentukan angka kelipatan 10 (desi).
7. TEKANAN = SOUND PRESSURE
- Manusia dapat mendengar suara pada tekanan antara 0,0002 dynes/cm2 (ambang dengar/threshold of hearing) sampai 2000 dynes/cm2 -> range besar sehingga satuan yang dipakai dB (decibel) : logaritmik.
- Dinyatakan dalam decibel (dB) yang dilengkapi skala A, B, dan C -> Sesuai dengan berbagai kegunaan
- Skala A digunakan karena merupakan response yang paling cocok dengan telinga manusia (peka terhadap frekuensi tinggi)
- Skala B dan C untuk evaluasi kebisingan mesin, dan cocok untuk kebisingan frekuensi rendah.
8. TINGKAT KEBISINGAN DAN EFEKNYA
< 55 dBA = Tingkat yang diinginkan diluar ruangan, biasanya
di lingkungan pinggiran kota.
55-65 dBA = Perkotaan, dapat menimbulkan gangguan
>65dBA = Dapat menyebabkan stress, gangguan tidur,
kemampuan komunikasi menurun.
>75 dBA = Tidak cocok sebagai tempat tinggal, kehilangan pendengaran, gangguan kardiovaskular.
9. KEMAMPUAN KOMUNIKASI DALAM KEBISINGAN
Umumnya manusia dapat berbicara dalam jarak 2-4 meter,
kebisingan yang dihasilkan tidak lebih dari 55-60 dBA
Tempat rekreasi luar ruangan, manusia berbicara dalam jrak
5-10m: kebisingan yang dihasilkan tidak lebih dari 45-55 dBA
Di tempat kerja, manusia dapat berbicara dlam jarak 1 m.
10. FREKUENSI
Frekuensi adalah jumlah getaran dalam tekanan suara per
satuan waktu (Hertz atau cycle per detik), frekuensi dipengaruhi ukuran, bentuk
dan pergerakan sumber, pendengaran normal orang dewasa dapa menangkap bunyi
dengan frekuensi 20-20.000 Hz.
Frekuensi dibagi dalam 8 octaf (octave bands), 37.5 , 75,
150, 300, 600, 1200, 2400, 4800, 9600 Hz
Telinga manusia bereaksi beda terhadap berbagai frekuensi
Kebisngan rata-rata mecaup seluruh taraf kebisingan dari
setiap frekuensi -> Dihitung Leq
Leq = ekuivalent noise level / ekuivalen energi level
11. EFEK BISING PADA MANUSIA
- Psikologis , terkejut, menganggu dan memutuskan konsentrasi, tidur dan saat istirahat.
- Fisiologis, seperti menaikkan tekanan darah dan detak jantung, mengurangi ketajaman pendengaran, sakit telinga, mual, kendali otak terganggu, dll.
- Gangguan komunikasi yang mempengaruhi kerja dan keselamatan.
12. TIPE GANGGUAN KEBISINGAN
a. Akibat Lahiriah
- Kehilangan pendengaran: Perubahan ambang batas sementara akibat kebisngan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisngan
- Akibat Fisiologis: Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering
b. Akibat Psikologis
- Gangguan Emosional: Kejengkelan, Kebingungan
- Gangguan Gaya Hidup: Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.
- Gangguan Pendengaran: Merintangi kemampuan mendengarkan TV, Radio, Percakapan, Telpon dan sebagainya.
13. DAMPAK KEBISINGAN PADA PENDENGARAN
Pemaparan pada suara tinggi dan periode/durasi lama akan menyebabkan sel syaraf pendengar dan rambut pada cortiover aktif sehingga menimbulkan kehilangan pendengaran permanen.
14. KETULIAN
Ketualian adalah berkurangnya ketajaman pendengaran disbanding/terhadap
orang normal (15 dB)
- Permanen: karena penyakit, usia tua, obat, trauma, dan kebisingan
- Temporary: akibat eksposur bising, dapat pulih setelah istirahat beberapa saat tergantung keparahan.
- Konduktif: peralatan konduksi suara rusak akibat trauma atau sakit
- Sensorinueral: akibat persyarafan pendengaran rusak
15. PENGUKURAN EFEK BISING
Untuk mengevaluasi akibat pemaparan terhadap kehilangan
pendengaran, kenyamanan, interferensi komunikasi dan mengumpulkan informasi
untuk pengontrolan.
16. PENGELOLAAN KEBISINGAN
Kebisingan yang terjadi dilingkungan -> Kebisingan tidak
menimbulkan gangguan Kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
Kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja -> kebisingan
tidak menimbulkan gangguan Kesehatan bagi pekerja
17. BAKU MUTU
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat
kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan
sehingga tidak menimbulkan gangguan Kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(KepMenLH No. 48 Tahun 1996)
Kebisingan yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan Kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002)
18. PENGUKURAN KEBISINGAN
- Mengukur overall level -> Sound level meter (satuan dBA)
- Mengukur kebisingan pada setiap level frekuensi -> SLM dengan frequency analyzer
- Penentuan eksposur kebisingan pada pekerja -> noise dosimeter (satuan dBA)
19. ALAT UKUR
- Sound level meter, mencatat keseluruhan suara yang dihasilkan tanpa memperhatikan frekuensi yang berhubungan dengan bising total (30-130 d) – (20-20.000 Hz)
- Soud level meter dengan octave band analyzer, mengukur level bising pada berbagai batas oktaf di atas range pendengaran manusia dengan mempergunakan filter menurut oktaf yang diinginkan (narrow band analyzers untuk spektrum sempit 2-200 Hz).
- Noise Measurement Kit
- Noise Kalibrator
- Sound Level Meter
- Noise Dosimeter
20. PENGUKURAN DENGAN TITIK SAMPLING
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi
ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja
Pengukuran ini juga dapat dilkukan untuk mengevaluasi
kebisngan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya
kompresor/generator.
Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misalnya 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukuran yang digunakan.
21. PENGUKURAN DENGAN PETA KONTUR
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat
dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang
kondisi kebisingan dalam cakupan area.
Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isopleth pada
kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.
Biasanya dibuat kode perwarnaan untuk menggabarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkt kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85-90 dBA.
22. PENGUKURAN DENGAN GRID
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat data
kebisingan pada loksai yang diinginkan.
Titik-titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang
sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjdi beberapa
kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m.
Kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.
23. ZONA KEBISINGAN
Zona B: Intensitas 45-455 dB. Zona yang diperutunkan bagi
perumahan, tempat pendidikan dan rekreasi.
Zona C: Intensitas 50-60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi
perkotaan, perdagangan dan pasar.
Zoda D: Intenstitas 60-70 dB. Zona yang diperntukkan bagi insturi, pbarik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.
24. ZONA KEBISINGAN MENURUT IATA (International Air Transportation Association)
Zona D: 100-115 dB -> Perlu memakai earplug
25. PENGENDALIAN KEBISINGAN
Cara Teknis:
- Sumber melakukan Subtitusi dan/atau Insulasi Sumber
- Panthway melakukan absorpsi/damping, perisai dan/atau perpanjang jarak
- Penerima melakukan isolasi pekerja, reduksi waktu dan/atau APD
Cara Medis:
- Pemeriksaan ketajaman pendengaran secara periodik.
- Penempatan pekerja sesuai dengan kepekaan terhadap bising
- Monitor ketulian temporer
- Cara Manajemen:
- Reduksi waktu eksposur
- Diklat pemakaian dan pemeliharaan APD