HUBUNGAN ANTARA COVID 19 (WABAH/PANDEMI) DAN KUALITAS UDARA
Menurunnya aktivitas manusia membuat kualitas udara menjadi meningkat. Perlu kita ketahui aktivitas seperti kegiatan industri yang setiap harinya mencemari udara melalui asap asap yang dikeluarkan. Mobilitas kita dengan menggunakan kendaraan bermotor. Padatnya lalu lintas udara. Terjadi kemacetan disepanjang jalan. Aktivitas aktivitas tersebutlah yang selama ini mencemari udara. Adanya kebijakan lockdown seketika membuat aktivitas tersebut berukurang bahkan berhenti. Contohnya di china, dengan kebijakan lockdown membuat industri industri menghentikan operasionalnya sehingga banyak industri tutup dan dalam jangka beberapa bulan kualitas udara di China mengalami peningkatan. Oleh karena itu, hubungan antara wabah covid 19 terhadap konservasi udara & ozon sangat berkaitan menurut Voice of Indonesia “Sejumlah peneliti melaporkan bila lapisan ozon yang berada di atas benua Antartika mengalami pemulihan. Ini terjadi karena penggunaan zat kimia chlorofluorocarbon (CFC) terus meningkat secara global, terlebih tidak ada lagi aktivitas industri selama pandemi corona.” Lapisan ozon merupakan lapisan perlindungan di bagian stratosfer bumi. Lapisan ini berfungsi untuk menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet dari matahari. Berkurangnya aktivitas manusia seperti kegiatan industri dan mobilitas manusia yang rendah membuat penurunan pencemaran udara sekaligus membuat pulihnya lubang pada lapisan ozon. Menurunnya pencemaran udara dan meningkatnya kualitas udara membuat jarak pandang di beberapa kota atau wilayah mengalami peningkatan. Contohnya di kota Jakarta dan kota new york, nampak bahwa saat sebelum terjadi pandemi corona jarak pandang rendah banyak asap yang menyelimuti. Namun saat aktivitas manusia berkurang, jarak pandang meningkat, tidak ada lagi asap asap yang menyelimuti.
HUBUNGAN ANTARA COVID 19 (WABAH/PANDEMI) DAN KONSERVASI SUMBER DAYA MANUSIA SERTA KESEHATAN
Peneliti Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra, meminta masyarakat mewaspadai wabah virus ini dengan mengurangi, bahkan menghindari interaksi atau kontak langsung dengan satwa liar. Biarkan satwa liar berkembang di habitat alaminya. yang mengkhawatirkan jika satwa liar bersentuhan dengan manusia yang mempunyai imunitas rendah itu akan menjadi masalah. Ketika diganggu dampaknya juga akan lebih luas. Bukan hanya ke satwanya, tapi bisa ke alamnya, maupun manusianyaDia menjelaskan, satwa liar memang ada yang dikonsumsi sebagai sumber makanan atau obat. Tetapi, risiko biologis pengolahan hewan tersebut juga ada, yaitu transfer virus (transmisi pathogen).
HUBUNGAN ANTARA COVID 19 (WABAH/PANDEMI) DAN KONSERVASI HUTAN
Kelelawar dipercaya sebagai sumber virus baru Corona yang berawal di Kota Wuhan, Tiongkok. Tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa selain kelelawarm, trenggiling juga diduga sebagai perantara virus tersebut. Tiongkok sendiri telah melarang perdagangan satwa liar. Pandemi COVID-19 ini menjadi peringatan agar manusia tidak mengkonsumsi atau memelihara satwa liar. Meski memberikan dampak buruk dan berbagai upaya konservasi serta penegakan hokum telah dilakukan, perdagangan satwa liar hingga kini tidak berkurang justru malah bertambah. Satwa liar dan habitatnya bisa dimanfaatkan sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat, seperti untuk ekowisata.
HUBUNGAN ANTARA COVID 19 (WABAH/PANDEMI) DAN KONSERVASI EKONOMI
KLHK telah mengajukan permohonan relaksasi pajak bagi lembaga konservasi yang ikut terdampak COVID 19 kepada Menko perekonomian, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. Untuk membantu beban lembaga konservasi karena dampak COVID 19 ini, KLHK telah menyampaikan surat kepada ketiga menteri tersebut tentang permohonan relaksasi pajak bagi lembaga konservasi pada sektor usaha bidang kehutanan. Lembaga konservasi yang ada di Indonesia menutup kegiatannya untuk pengunjung. Meskipun dilakukan penutupan untuk pengunjung, pengelolaan satwa masih tetap dilakukan secara intensif. Sebagaimana peraturan Menteri LHK Nomor 22 Tahun 2019 tentang lembaga konservasi, pengelola lembaga konservasi diberikan hak untuk memungut tiket pengunjung dari kegiatan usahanya. Diversifikasi usaha lainnya juga bergantung pada kehadiran pengunjung. Semakin banyak jumlah koleksi yang dimiliki unit lembaga konservasi semakin besar biaya operasional pengelolaannya terutama biaya pakan. Saat ini, beberapa lembaga konservasi sudah menerapkan penggantian jenis pakan satwa untuk tujuan efisiensi. Penggantian jenis pakan dimaksud tidak menurunkan nilai nutrisi hanya jenis dan frekuensi pemberian pakannya.
Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari pandemi virus corona ini adalah bahwasannya bumi tidak sedang murka, bumi ini tidak sedang sakit, namun bumi sedang memperbaiki diri. Semoga dengan adanya pandemi virus corona ini membuat kita menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Menjaga lingkungan tidak harus beramai ramai tapi menjaga lingkungan bisa dimulai dari diri sendiri. Lakukan hal kecil namun berati seperti mulai membuang sampah pada tempatnya.